mencintaimu; tanpa alasan dan tak
inginkan balasan dengan paksaan.
selalu kucamkan pada logika dan perasaan, semua mungkin
berfikir; “hidup hanya sekali apakah kau harus galau? meneteskan air mata yang
memang tak akan di balas? mengindahkan sesuatu yang tabu untuk di indahkan? ”
ah aku tak terlalu berpikir se-dewa itu, bahkan mengindahkan kata-kata itu pun
tak pernah, tapi, kata-kata itu membuatku lebih kritis dalam berfikir, ya
kadang-kadang, jarang bahkan.
melupakanmu adalah
rintangan tersulit dalam hati ini, entah mengapa aku agak tidak terlalu nyaman
dengan kata-kata move on. terlalu singkat, memang, tapi
mempunyai makna yang dapat mengiris hati dan menghabiskannya perlahan. mereka
tak tau bagaimana rasanya, bagaimana deritanya, orang yang seperti ini,
memendam. menepiskan hatinya. mengindahkannya selalu.
sepertinya aku memiliki sindrom, sindrom yang takut
kehilanganmu, berlebihan? ya selalu, jika tidak bukan cinta namanya.
aku sudah mempersiapkan konsekuensinya sejak awal aku
mengenalmu, konsekuensi terburuk, kau tidak akan meletakkan kebahagiaan dalam
jiwaku. aku faham. memang ini resikonya. mencintai seseorang, yang taada
balasan, sakit memang tapi aku menerima dengan lapang dada, Tuhan sedang
merencanakan sesuatu yang indah, sesuatu yang spektakuler, bahkan mungkin
sesuatu yang tidak ada dalam bayang bayang fatamorganaku, aku percaya.
aku tak bisa membayangkan,
jika nanti suatu saat nanti, aku akan mendekap, menyimpan, dan mengurung
perasaanku hingga benar benar terselip antara sekat hatiku yang memang sengaja
ku tutup erat untuk menyembunyikannya dari publik yang mungkin tidak akan
menerimaku, aku ingin dia tahu, bukan karena kode kode, sinyal sinyal, dan
modus modus dariku, tapi aku ingin dia mengerti saat
menatap mataku, mencari celah hatiku, dan membuka lembaran baru, bersamaku,
bukan dengan dia, yang mencekik halus urat perasaanmu, dan menatapmu dengan
muka bengis penuh kepuasan.
sekarang. menjadilah sesosok orang yang lebih mengerti
dan memahami perasaanku. aku tak akan mengumbarnya, aku akan menyimpannya di
tempat yang dalam, dan kelam. aku menuggumu, hanya kau yang bisa menyempurnakan
ini semua, dan aku tak tau kandungan dan zat apa yang bisa membuatku terpana dan tertarik melihat indah senyum simpulmu. bukan, karna kau pangeran berkuda putih dengan senjata melekat di tubuh
anggunmu, tapi karna kau…belahan jiwaku.
No comments:
Post a Comment